:عَنْ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh menakjubkan setiap perkara/urusan orang yang beriman. Sungguh, seluruh perkara/urusannya itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Apabila mendapatkan nikmat, dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila ditimpa musibah, dia sabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim, no. 5318)
Apapun perkara dan urusan orang beriman, semuanya baik.
Jika suatu perkara/urusan itu tidak berdampak baik pada diri seseorang, saat itu ia sedang tidak beriman.
Secara ringkas, perkara/urusan itu terbagi menjadi dua: nikmat dan niqmat (bencana), enak dan tidak enak, sesuai dan tidak sesuai, menyenangkan dan menyusahkan/menyedihkan, dst seperti siang dan malam yang datang silih berganti.
Tak ada seorangpun yang tidak mengalami dua hal tersebut. Andai dunia ini hanya siang saja, niscaya dunia ini akan meleleh. Dibalik, andai dunia ini hanya malam saja, niscaya ia akan membeku.
Siang malam, malam siang ini sudah menjadi sunnatullah. Demikian pula dengan makhluk yang masih hidup di dunia, ia mengalami senang – susah, sedih – gembira, bahagia – sengsara, dst. Yang itu semua didatangkan dalam rangka menguji. Terkadang seseorang diuji dengan riang gembira, di waktu lain ia diuji dengan duka nestapa. Ada yang diuji dengan kesehatan yang prima, ada pula yang diuji dengan sakit yang akut. Terkadang dilancarkan rezeki materinya, terkadang sebaliknya. Ada yang disukseskan, ada yang harus gagal. Ada yang menang, tentu ada pula yang kalah. Seperti itu memang kehidupan di dunia ini.
Akan tetapi dalam pandangan orang beriman, semua itu tidak masalah, karena semuanya berdampak positif baginya. Orang beriman jika benar keimanannya, ia akan menyikapi setiap perkara yang datang padanya dengan benar pula. Ketika nikmat didatangkan padanya, ia akan bersyukur bahkan pandai bersyukur. Ketika yang enak-enak, hal-hal menyenangkan didatangkan padanya, ia tidak lupa bersyukur.
Sebaliknya, ketika niqmat (bencana), musibah balak mengenai dirinya, ia bisa sabar bahkan kuat bersabar. Apapun perkara yang tidak sesuai dengan harapannya itu menimpa dirinya, ia tetap sabar. Dan ia bisa begitu karena telah benar imannya. Ke enam rukun iman telah berdiri tegak di dalam dadanya menjadi pilar-pilar kuat yang menopang kesabaran orang beriman.
Sungguh, seluruh perkara orang yang beriman itu baik dan berdampak baik.
Jika belum seperti itu, mari kita terus memohon kepada Allah agar kita dipinjami baju asma Ash-Shabur dan Asy-Syakur.
.اللهم اجعلني صبورا و اجعلني شكورا
Tinggalkan Balasan