Kedua ayat di atas menerangkan dengan sangat jelas bahwa penciptaan seluruh makhluk, tanpa terkecuali, bukanlah tanpa maksud dan tujuan. Semuanya, mulai makhluk terkecil (mikrokosmos) hingga makhluk terbesar (makrokosmos), makhluk kasar (katsif) maupun makhluk halus (lathif), makhluk yang bisa diindera oleh pancaindera manusia maupun yang tak mampu diindera, makhluk hidup maupun benda mati (dalam pandangan manusia), dan makhluk-makhluk lain yang tak mampu dikenali oleh manusia karena keterbatasan pengetahuan manusia. Semua yang diciptakan oleh Allah, termasuk perbuatan, sifat, watak, karakter, dan kepribadian kita tidaklah sia-sia, tanpa guna manfaat. Sebagaimana Firman Allah:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Terjemahnya:
“Wahai Tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan makhluk ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkah Maha suci dari hal itu. Maka jauhkanlah dari kami siksaan neraka.” (QS. Ali Imran : 191).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sangatlah tidak masuk di logika akal kita kalau Allah bermain-main, bersenda gurau, dan tidak serius dengan ciptaan-Nya. Pasti ada maksud dan tujuannya. Lantas untuk apa makhluk-makhluk tersebut diciptakan?
Shallü ‘alã hadratin-Nabï Muhammad..
Allahumma Shalli ‘Alaa Ahmada AmriK wa Muhammadin KhalqiK wa As’ada KauniK, Nas’aluKalLãhumma biH.
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaihi